
Kendari, Infosultra.id-Wonuando Film kali ini menghadirkan nuansa baru dalam dunia perfilman daerah. Digawangi putra-putri daerah Konawe Selatan, Sepenggal Pesan “Jangan Putus Sekolah” seolah membawa warna baru, khususnya di kalangan generasi millenial yang kerap terbawa arus negatif tontonan media Televisi hingga media sosial.
Karya anak muda daerah ini layak diapresiasi. Sebab, selain menyelipkan pesan moral dalam alur ceritanya, film yang mengusung tema pendidikan ini juga dapat menginspirasi generasi kita untuk lebih semangat mengenyam pendidikan.
“Setelah melihat Thrillernya, Film pendek ini saya yakin mampu merubah mindset setiap anak, ataupun pelajar. Bahwa segala keterbatasan tidak harus menjadi alasan untuk putus sekolah. Setiap anak, apapun. dan bagaimanapun kehidupannya, layak memiliki semangat dan tekad untuk meraih cita-cita,” ujar Iwan, jurnalis sekaligus penikmat film edukatif, saat ditemui di Kendari, Minggu (15/7/2018).
Untuk diketahui, Film yang disupport oleh Pemerintah Daerah Konawe Selatan (Konsel) ini dijadwalkan tayang di Hollywood Cineplexx Kendari, 4 Agustus 2018.
Selain Pemda Konsel, beberapa pihak juga all out mendukung karya sineas muda daerah ini. Pihak pendukung itu diantaranya:Plaza Inn Hotel By Horison Kendari, Bidang Ekonomi Kreatif Dinas Pariwisata Konawe Selatan, komunitas Ruruhi, Imperial Hotel Kendari, Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (ASITA) Sultra,beberapa media online dan cetak di Sultra, komunitas Sultraveller, komunitas media sosial instagram dan Facebook, serta pihak-pihak lainnya.
Sinopsis Sepenggal Pesan “Jangan Putus Sekolah”:
Sutar, adalah seorang petani yang hidup untuk mengabdikan dirinya kepada keluarga tercinta, kedua buah hatinya. Tempaan hidup, tidak menyulutkan semangatnya untuk terus berjuang. Meski segala keterbatasan dan cobaan terus mendera, Sutar tetap memegang teguh keyakinannya akan kehidupan yang lebih layak untuk keluarga kecilnya. Kini, sepeninggal sang istri, Sutar kembali harus merajut semangat menyokong cita-cita kedua anaknya, seorang diri.
Fahri, digambarkan sebagai anak muda dengan karakter emosional. Meski begitu, dia termasuk pelajar yang cerdas dan disiplin. Cita-citanya saat ini adalah lulus ujian sekolah. Namun tuntutan biaya administrasi ujian sekolah ditengah-tengah kesulitan hidup menyulut gejolak di hati anak muda ini. Karena keadaan yang belum juga membaik, Fahri mulai protes kepada Ayahnya, orang yang paling perduli akan cita-citanya itu.
IKA, si bungsu yang tangguh, juga mewarisi kelembutan hati almarhumah sang ibu. Bersama kakak dan sang Ayah yang menggantungkan hidup dengan bersawah, Ika tidak lantas malu dan gengsi. Ika kerap membawakan makanan atau merelakan waktu bermainnya untuk membantu sekaligus menemani sang ayah bersawah. Tempaan hidup membuatnya kuat. Semangatnya untuk terus bersekolah tidak kalah besar dari sang kakak.
Bagaimana Ika menjalani hari-hari dengan segala keterbatasan dan kekurangan?sampai kapan Ika mampu menjadi anak yang tegar dan penyabar?lalu bagaimana pula Fahri , sang kakak, sanggup melanjutkan mimpinya, jika untuk menempuh kelulusan sekolah saja, ada banyak kesulitan yang harus ditempuh. Dan bagaimana sang Ayah harus berjuang bersama kedua anaknya, hingga menghadapi dilema antara mewujudkan mimpi sang anak, atau menjual satu-satunya sawah yang menjadi penyambung hidupnya?
Discussion about this post