
Kendari, Infosultra.id-Pasca musibah wabah Covid-19 melanda hampir seluruh wilayah teritorial Indonesia, persoalan demi persoalan terus terjadi. Mulai dari kelangkaan bahan pokok, kemiskinan di tengah tuntutan physical distancing atau oleh Presiden Jokowi disebut Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), kelangkaan bahan pokok hingga alat sanitasi (antiseptic, disinfektan, masker kesehatan), dan terakhir ancaman terbesar yaitu krisis social dan membludaknya angka pengangguran, di berbagai sector, tak terkecuali di sector pariwisata.
Ketua Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI) BPD Sultra, Hugua, mengungkapkan, saat ini ada 698 hotel yang berada di level produktivitas terburuk pasca pandemic Covid-19. Akibatnya, pihak manajemen hotel terpaksa merumahkan ribuan karyawannya tanpa jaminan upah (unpaid level).
“5 hotel diantaranya berada di Sulawesi Tenggara, tutup sejak akhir Maret 2020 lalu. Penutupan ini dilakukan karena hotel tidak punya dana cash akibat menurunnya tingkat hunian. Kalaupun ada yang survive, rata rata hanya sanggup mencapai nilai produktifitas sebanyak 9 persen,” ungkap Hugua.
PHRI sendiri, lanjut Hugua, telah melayangkan surat permohonan kepada Pemda, Otoritas Perpajakan , OJK dan Bank Indonesia soal stimulus perbankan dan keringanan pajak dan retribusi. Menurut Hugua, hal ini dilakukan demi memperjuangkan kelangsungan hidup ribuan karyawan yang menggantungkan nafkah di sector pariwisata ini. Ia berharap Pemerintah setempat serius menyikapi situasi darurat saat ini.
“Langkah ini sudah kami tempuh, bersurat ke pemda, otoritas pajak, OJK, BI. Harapan terbesar kami saat ini adalah keseriusan pemerintah khususnya Pak Gubernur dan Walikota/Bupati,”ujar legislator DPR RI ini.
Hugua menambahkan, saat ini Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Sultra memprediksi kemungkinan terburuk jika pemerintah tak segera menyikapi polemic ini. GIPI memprediksi kekuatan cash flow mayoritas hotel di Sultra bertahan maksimal dalam wakti 3 bulan ke depan. Dan jika wabah Corona ini tidak mereda dalam rentang waktu itu, maka persoalan lebih besar menanti. Akan ada lebih banyak karyawan dirumahkan, ratusan bahkan ribuan hotel tak lagi beroperasi. Di level ini, resiko terburuk adalah sector pariwisata lumpuh dan dipastikan mati.
“Benar benar imbas virus Corona ini melumpuhkan industri perhotelan dan restoran dalam level global, bukan hanya di Indonesia,” keluh Ketua GIPI Sultra ini.
Mewakili seluruh manajemen hotel dan restoran, serta ratusan ribu karyawan hotel di seluruh Indonesia,Hugua kembali mendesak agar Pemerintah Pusat, Pemda dan otoritas perpajakan segera membebaskanhotel dari pajak dan retribusi seperti BPJS dan pungutan pungutan lainnya, hingga masa sulit ini usai.
“Saat ini sector pariwisata berada dalam masa-masa tersulit. Jangankan membayar pajak dan cicilan kredit perbankan, bayar gaji karyawan saja sudah tidak bisa. Hal seperti ini belum pernah terjadi selama ini. Dilematis, jadi walaupun dipaksa dengan cara apapun untuk menyelesaikan kewajiban upah karyawan, pihak manajemen tidak bisa melaksanakannya,”ungkapnya.
Dilema lain yang dihadapi, menurut hugua, adalah persoalan tunjangan atau pembayaran THR karyawan di bulan Ramadhan hingga Lebaran nanti.
“Kami meminta kepada semua managemen hotel dan restoran untuk membangun komunikasi, saling memahami terutama kepada karyawan, jika hotel atau restorannya terpaksa tutup. Ya intinya adalah masalah cash flow dan masalah darurat pandemik Covid 19 ini. Saat ini kita hanya bisa berdoa, berusaha semaksimal mungkin. Semoga sektor wisata kita pulih seiring dengan usainya wabah ini usai,” pungkasnya.
Penulis: Ernilam
Discussion about this post