
Jakarta, Infosultra.id-Hingga September 2019, Lion Air Group telah mencatatkan kinerja ketepatan waktu atau On Time Performance (OTP) hingga 74,07 persen. Pencapaian ini searah dengan komitmen maskapai penerbangan bertarif rendah dengan kualitas dan layanan setara dengan bendera maskapai penerbangan lain yang lebih dulu mengudara di segala penjuru nusantara.
Corporate Communications Strategic of Lion Air, Danang Mandala Prihantoro dalam keterangan resmi Lion Air Group mengatakan pencatatan kinerja ketepatan waktu 74,07% dikarenakan prosedur operasional yang disebabkan cuaca buruk berupa kabut asap di sejumlah kota/ daerah di Kalimantan dan Sumatera. Kondisi ini mengakibatkan jarak pandang pendek (visibility below minimum), dan tidak memenuhi persyaratan keselamatan penerbangan untuk proses lepas landas dan mendarat.
Meski begitu, peningkatan presentase OTP tahun ini menandai peningkatan kinerja Lion Air yang di tahun sebelumnya hanya mampu meraih performa ketepatan waktu sebesar 68,92 persen. Laju OTP yang cenderung fluktuatif juga dipengaruhi kondisi iklim, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) dan gejala alam lainnya yang mempengaruhi kualitas dan kuantitas penerbangan.
”74,07% menunjukkan OTP tertinggi Lion Air jika dibandingkan dengan waktu yang sama pada 2018 yakni 68,92% dan perolehan 66% pada 2017. Bila komparasi bulan sebelumnya di tahun ini, pada Juli tercatat 80,76% dan Agustus 78.51%,” jelas Danang Mandala Prihantoro, Minggu (6/10/2019).
OTP 74,07 persen sendiri merupakan data keakuratan ketepatan pesawat saat keberangkatan (departure) dan kedatangan (arrival) dalam waktu kurang 15 menit dari jadwal yang ditentukan. Penghitungan sesuai laporan Integrated Operation Control Center (IOCC) Lion Air Group secara tepat waktu dan bersamaan (real time).
Demi memastikan keselamatan dan keamanan, Lion Air kerap harus melalui tahap keterlambatan (delay) dan pembatalan penerbangan (cancel) dan pengalihan pendaratan (divert) di beberapa jaringan domestik yang dilayani. Keputusan delay bukan tanpa sebab, di situasi tertentu, penerbangan yang dipaksakan akan berpotensi mengakibatkan gangguan pada rotasi pesawat untuk sektor atau rute penerbangan berikutnya.
“Meski begitu, Lion Air menggunakan sistem terstruktur, konsistensi dan komprehensif antara perawatan pesawat (maintenance), tim operasional serta keputusan cepat (quick action) guna menentukan rotasi baru apabila ada hambatan terjadi di lapangan (irregularities) untuk meminimalisir dampak keterlambatan penerbangan,” jelas Danang.
Danang menambahkan, sejalan dengan upaya mempertahankan dan meningkatkan OTP, Lion Air menerapkan mekanisme pengoperasian pesawat udara secara tepat.
“Lion Air mempunyai utilisasi 8-9 jam per hari, rata-rata enam pesawat menjalani perawatan (schedule maintenance) serta rata-rata lima pesawat sebagai cadangan (stand by),”katanya.
Lion Air, lanjut Danang, mengoperasikan pesawat dengan sistematis yang didasarkan pada pergerakan pesawat (rotasi) disesuaikan jarak pada rute, infrastruktur bandar udara, tingkat keterisian penumpang (load factor) dan lainnya.
Selain itu, Lion Air menjalankan berbagai langkah strategis yang bertujuan operasional konsisten berada level terbaik, seperti pengaturan pergerakan penumpang dan pesawat, koordinasi intensif bersama pihak terkait guna memastikan kelancaran penerbangan setiap hari, mengaplikasikan standar prosedur pengoperasian pesawat udara menurut aturan dan petunjuk dari pabrik pembuat pesawat, termasuk pemeliharaan pesawat, pengecekan komponen pesawat, pelatihan awak pesawat serta hal lainnya. Lion Air juga menjalankan prosedur DKPPU (Direktorat Kelaikudaraan dan Pengoperasian Pesawat Udara), Kementerian Perhubungan RI.
“Lion Air menegaskan bahwa seluruh penerbangan selalu patuh dan menerapkan budaya keselamatan (safety culture). Komitmen ini seiring usaha menghadirkan layanan terbaik kepada travelers dengan mengutamakan faktor keselamatan dan keamanan (safety first),”tegasnya.
Untuk diketahui, saat ini Lion Air mengoptimalkan operasi dari tipe pesawat, terdiri 64 Boeing 737-900ER (215 kelas ekonomi), 38 Boeing 737-800NG (189 kelas ekonomi), tiga Airbus 330-300 (440 kelas ekonomi) dan dua Airbus 330-900NEO (436 kelas ekonomi).
Penulis: Rudhyono
Editor: Ernilam
Discussion about this post