
Kolaka, Infosultra-Legislator Komisi VII DPR RI Dapil Sultra, Rusda Mahmud, tengah berupaya memaksimalkan program swasembada pangan, khususnya di masa pandemi Covid-19 saat ini. Realisasi dari program ini dimulai dari Desa Kaloloa, Kecamatan Samaturu, Kabupaten Kolaka. Program strategis di wilayah ini melibatkan mitra kerja Komisi VII DPR RI yakni Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) dan Badan Riset Nasional (BRIN).
“Komisi VII DPR RI bersama masyarakat Samaturu, hari ini panen Padi hasil riset dari Badan Tenaga Nuklir Nasional, salah satu mitra Komisi VII DPR RI, di demplot persawahan milik Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian Kecamatan Samaturu, Desa Kaloloa. Panen kali ini juga dihadiri oleh Camat Samaturu,”kata Rusda Mahmud, Kamis (1/10/2020).
Lebih lanjut Rusda Mahmud mengungkapkan alasan memilih lokasi demplot sawah di area persawahan milik Balai Informasi dan Penyuluhan Pertanian (BIPP) Kolaka.
“Kami memilih sawah demplot BIPP Kolaka agar masyarakat terutama teman-teman penyuluh pertanian bisa ikut melakukan pengamatan dan evaluasi langsung, bahkan kalau perlu melakukan riset sampai ke tekstur dan rasa dari hasil panen ini,”ujar mantan Bupati Kolaka Utara ini.
Rusda juga meminta kepada para petani dan penyuluh untuk menyampaikan masukan atas keberlangsungan program swasembada pangan ini.
“Yang terpenting adalah masukan dan keluhan masyarakat dari program ini pasti akan disampaikan kepada mitra kerja saya di komisi VII baik itu di BATAN maupun di BRIN,”ujarnya.
Kepala BIPP Koalaka, Suharso mengungkapkan, bibit yang digunakan dalam program sawah demplot kali ini yakni seberat 15 Kg dengan luasan lahan 40 are.
“15 Kg bibit ini digunakan dalam masa tanam pindah 103 hari. Kalau kita sistem tanam langsung, berarti hanya membutuhkan waktu 90 hari. Jadi diprediksi dalam 1 hektar menghasilkan rata-rata 7 ton padi, jika menggunakan metode organik penuh, tanpa pupuk kimia. Tapi jika menggunakan pupuk kimia bisa menghasilkan sampai 10 ton,” kata Suharso.
Untuk memaksimalkan hasil panen, dibutuhkan bahan bakar mesin penggarap sawah. Sehingga masyarakat mengusulkan agar didirikan Pertashop SPBU mini. Usulan ini disampaikan oleh Rida Tahrir selaku Camat Samaturu. Menurutnya akses untuk pemenuhan bahan bakar mesin penggarap sawah menjadi prioritas mengingat kerap terjadi kelangkaan.
“Kami disini menyampaikan keluhan petani akan kelangkaan solar, khususnya saat akan memulai penggarapan sawah. Stasiun Pengisian bahan bakar disini hanya tersedia untuk nelayan, bukan untuk petani,”ujarnya.
Rusda Mahmud sendiri mengusulkan agar masyarakat mendirikan koperasi untuk pembangunan Pertashop, dengan memberlakukan harga bbmnya sesua standar harga yang ditetapkan Pertamina.
Penulis: ER
Discussion about this post