
Baubau, Infosultra.id-Seleksi direktur Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Semerbak Kota Baubau, Sulawesi Tenggara (Sultra), disoroti oleh salah satu peserta seleksi, Budi Amin. Peserta seleksi ini tak terima dengan hasil pengumuman panitia seleksi (pansel). Ia menilai, tahapan pengumuman seleksi kali ini tak transparan. Selain itu, ia juga menduga ada bumbu nepotisme didalamnya. Seperti diketahui, dari 9 calon direktur termasuk dirinya, 3 nama ditetapkan sebagai peserta yang telah memenuhi persyaratan dan lolos ke tahap selanjutnya.
Menurut Budi, dalam pengumuman itu, Pansel tidak menyertakan skoring hasil penilaian dari awal tahapan hingga saat ini. Sehingga ia merasa proses ini janggal, dan tidak objektif.
“Seharusnya, di setiap tahapan harus diumumkan nilainya, di-rangking, indikator penilaiannya harus jelas supaya kita peserta puas dengan pengumuman ini. Di pengumuman ini tidak jelas, nomor satu nilainya berapa tidak jelas,” kata Budi Amin, di Kendari, Senin (12/10/2020).
Menurut Budi, transparansi penting untuk diterapkan, sebab, menurut dia, PDAM bukan perusahaan keluarga, melainkan milik daerah dan harus dikelola secara profesional. Budi menaruh curiga, proses seleksi ini sarat nepotisme, karena menurutnya ada keluarga Wali Kota Baubau yang lolos dalam tahapan seleksi
“Dalam daftar nama yang lolos di 3 besar itu ada keluarga Wali Kota Baubau, istri dari nama yang lolos itu adalah kemenakan langsung dari kuasa pemilik modal (Wali Kota Baubau) dan itu melanggar aturan,” ungkap dia.
Dia pun meminta agar proses tersebut diulang sejak tahapan pertama dan meminta Komisi I DPRD Baubau agar membentuk panitia khusus (Pansus) untuk menyelidiki masalah itu.
“Sebagai lembaga pengawasan, proses seleksi seperti harus diawasi,” ujarnya.
Senada dengan Budi, peserta lainnya, Alamsyah, juga melihat persentase penilaian sebesar 40 persen untuk tahapan psikotes terlalu besar, dan terkesen tak masuk akal.
“Seandainya porsi penilaian untuk presentasi lebih tinggi, lebih masuk akal. Penilaian tidak ada transparansi, sehingga tiba-tiba muncul tiga nama. Kita tidak melakukan komplain sejak awal seleksi, karena kami mengira prosesnya sesuai harapan, tapi faktanya tidak sesuai,” kata Alamsyah.
Menurut Alamsyah, dugaan nepotisme yang terjadi dalam proses seleksi tak bisa dipungkiri, sebab nama yang diloloskan dalam urutan kedua menurutnya adalah keluarga Wali Kota Baubau semdiri. Alamsyah mengaku tak mempersoalkan urutan nama, hanya saja penilaian seleksi ini yang menurutnya yang dilaksanakn tidak transparan.
“Saya menganalisa dulu, melihat dulu persoalan ini dengan fakta-fakta yang ada, artinya secara prinsip wajar untuk menyuarakan, tidak memprotes hasil dari (Pansel) kita menghargai keputusan pansel tapi kita ingin ada transparansi,” katanya.
Penulis: Zet Alifiandra
Editor: Febby
Discussion about this post