
Kendari, Infosultra.id-Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sultra mengadakan Kelas Duta Inklusi dan Literasi Keuangan (Dilan Class) di Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra). Dilan Class yang djselenggarakan pada Senin (24/8/2020) ini melibatkan 140 peserta dari berbagai latar belakang profesi dan aktifitas yang digeluti diantaranya para akademisi, mahasiswa dari lintas perguruan tinggi di Sultra, Madrasah Aliyah, SMA, Pesantren, Generasi Baru Indonesia (GenBI) di bawah binaan Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Sultra, KLC, Gerakan Kendari Mengajar (GKM), guru sekolah minggu di beberapa gereja di Kendari, da’i di beberapa masjid, hingga berbagai komunitas pemuda berbasis agama di Sulawesi
Tenggara seperti HMI, Perkantas, GMKI, Ikatan Mahasiswa Hindu (KMHDI), Pemuda NU, Pemuda Muhammadiyah, dan pihak lainnya.
Dilan Class kali ini juga berkolaborasi dengan berbagai program unggulan Tim Percepatan Akses Keuangan Daerah
(TPAKD) Sultra dan program udaya kerja OJK.
Co-founder gerakan Sabang Merauke sekaligus salah satu staf Khusus (Stafsus) Presiden RI dari kalangan milenial, Ayu Kartika Dewi, diundang secara khusus oleh Mohammad Fredly Nasution, selaku Kepala OJK Provinsi Sultra untuk membawa misi mendorong peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM), baik melalui
literasi keuangan atau hal-hal lain yang bermanfaat demi kemajuan Indonesia, khususnya di Sultra.
Sedangkan Ridhony Marisson H. Hutasoit selaku Kepala Subbagian Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Sultra, bertindak sebagai moderator.
“OJK Sultra terus berupaya menyelenggarakan Dilan Class untuk memberikan manfaat khususnya mendorong peningkatan kualitas sumber daya manusia baik melalui
literasi keuangan atau hal-hal lain yang bermanfaat demi kemajuan Indonesia, khususnya di Bumi Anoa. Komitmen ini terbukti dengan “hattrick” atau sudah tiga kali berhasil menghadirkan narasumber yang merupakan staf khusus Presiden RI karena salah satu kebutuhan daerah adalah akses terhadap narasumber dan
pembelajaran yang berkualitas,” urai Mohammad Fredly Nasution, Kepala OJK Provinsi Sulawesi Tenggara.
Co-founder Sabang Merauke, Ayu Kartika Dewi mengungkapkan poin-poin yang dianggap penting diketahui dalam sesi Dilan Class kali ini, antara lain:
1. Kita tidak bisa klaim diri kita 100 persen toleran, ada implicit bias atau ketidaksengajaan
rasis yang perlu ditangani. Perlu diketahui, bias toleransi ada berbagai jenis seperti affinity bias (bias kesamaan), confirmation bias (bias menarik kesimpulan), attribution
bias (bias pengamatan), gender bias (bias karena jenis kelamin), dan conformity bias (bias bertindak serupa).
Cara menanggulangi bias tersebut menurut Ayu adalah dengan cara rendah
hati mengakui implicit bias kita sendiri, dan terus melatih terus otak untuk menentang
implicit bias.
“Pemimpin masa depan di publik sektor setidaknya memiliki rasa ingin tahu yang tinggi, empatik, terbuka, dan mampu berkolaborasi,” kata alumni short term Australia Award Scholarship ini.
Ia menambahkan, dalam memahami literasi keuangan, ada empat level toleransi yang berlaku yaitu level tidak saling mengganggu, menikmati
keberagaman, merayakan keberagaman, dan melindungi keberagaman.
“Puncak level
toleransi adalah melindungi keberagaman,” katanya.
Selain itu, terkait pengelolaan keuangan, Ayu juga menjelaskan prinsip mindfulness dapat digunakan saat memilih atau memilah saat menjalani aktivitas keuangan, contoh terkecil adalah dalam berbelanja.
“Penting menggunakan kesadaran penuh sebelum membuat keputusan (jeda), misalnya dengan mempertanyakan apakah kita butuh beli barang
tersebut, apakah kita sudah punya produk/barang yang sama sebagai bahan pertimbangan, dan sebagainya,” ujarnya.
Menurut Ayu, teori ini senada dengan pernyataan Viktor Frankl yang
menegaskan bahwa “Di antara Stimulus dan respons terdapat sebuah jeda. Di dalam jeda itu, kita punya kekuatan untuk memilih respons”.
Peserta Dilan Class sendiri terlihat antusias merespon materi yang disampaikan, dibuktikan dengan membanjirnya pertanyaan, mengalirnya diskusi dalam kolom chat
“Kami sangat berterima kasih atas kesediaan waktu Mbak Ayu menjadi narasumber pada Dilan Class kali ini. Sangat membuka pikiran kita untuk menghidupkan dan menjunjung toleransi, seperti filosofi bubur ayam tadi, apakah
dimakan dengan dicampur atau tidak. Kemajuan Indonesia bergantung bagaimana kita
melindungi keberagaman yang ada” kata Fredly.
Penulis: ER
Discussion about this post