
Kendari, Infosultra.id-Perum Bulog Divisi regional (Divre) Sultra belum lama ini melaksanakan sidak pasar bersama Pemerintah Kota Kendari. Hasilnya, Bulog Sultra mengklaim bahwa stock sembako di tengah pandemik Corona (Covid-19) saat ini dipastikan tersedia untuk menjamin kebutuhan warga Sultra selama enam bulan ke depan.
“Stok bahan pokok seperti beras kita siapkan 900 ton, cukup untuk 6 bulan ke depan. Sedangkan gula, dan sejenisnya, akan ada tambahan di bulan April mendatang sekitar 500 ton, dan tambahan stock minyak goreng sebanyak 40 ribu liter.Kalau terigu kita ada 24 ton, Gula 50 ton. Gula kita harapkan bertahan hingga akhir Maret atau awal April 2020,” kata Kadivre Bulog Sultra, Ermin Tora, belum lama ini.
Bulog juga berani memastikan harga yang ada di pasaran saat ini masih stabil, meski perilaku panic buying alias tren memasok kebutuhan secara berlebihan di tengah pandemik Corona (Covid-19), tak kalah mewabahnya.
“Harga beras saat ini di pasaran masih dijual dibawah Harga Eceran Tertinggi (HET), sebesar Rp 12 ribu per kg. Kalau untuk beras medium agak sedikit kenaikan tapi masih relatif sekarang diposisi Rp 9.600 hingga 9.700 per kg. Harga terigu 8.300 per kg dan gula Rp12.500 per kg,” ujar Ermin.
Namun fakta berbeda justru menunjukkan bahwa harga bahan pokok (bapok) di sejumlah pasar di Kota Kendari, justru meroket tak terkendali.
“Kemarin sa masih dapat gula 15 ribu, sekarang sudah 20 ribu di pasar, itupun dibatasi beli. Kalau beli di Bulog murah, hanya 12 ribu. Tapi di pasar-pasar semua serba mahal, ada juga malah yang jual gula sampe 23 ribu, samaji beras, minyak nae 2 kali lipat semua. Orang kecil kaya kita ini streskan harga sembako bukan cuma korona,” keluh Yati, pedagang kue di Kota Kendari, Sabtu (21/3/2020).
Berbeda dengan Nur, pemilik outlet isi ulang pulsa pra bayar ini mengaku masih sanggup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari di tengah mewabahnya virus corona di Kota Kendari, namun melihat perilaku sebagian warga, ia mengaku sangat prihatin.
Menurutnya, meski sudah ada imbauan pemerintah untuk tidak reaktif dan agresif menyetok bahan pokok dan alat sanitasi seperti antiseptik, disinfektan, dan masker, namun ia masih menemukan banyak warga yang kalap membeli bahan pokok, menimbun, lalu menjual kembali dengan harga meroket.
“Klo pemerintah nda percaya, sidak jangan cuma sehari dua hari trus dibiarkan. Karena banyak pedagang bandel disini. Saya saksikan sendiri bagaimana wkatu viralnya corona ini, semuanya diborong, antiseptik, masker, semuanya diborong, ndatau dibawa kemana itu, tau-tau di sosmed ada yang jual botol kecil antiseptik sampe ratusan ribu,” ujarnya.

Walikota Kendari, Zulkarnain, sebelumnya diketahui telah mengeluarkan imbauan kepada para pelaku usaha di Kendari, untuk tidak menanggapi situasi tanggap bencana non alam pandemik Corona dengan panik dan reaktif membeli bahan pokok dan alkes secara membabi-buta, lalu menjual kembali dengan membanderol harga selangit. Sebab, kata dia, masih banyak warga lainnya yang nasibnya tak seberuntung warga kelas ekonomi menengah ke atas. Jangankan menimbun stok bahan pokok, untuk mencukupi kebutuhan makan sehari-hari saja, mereka harus bekerja di luar rumah. Seringkali ditemukan banyak pedagang angkringan, atau buruh serabutan, yang masih keluar rumah untuk bekerja, di tengah ketidakpastian situasi perekonomian.
Satu-satunya yang melindungi mereka bukan antiseptik atau alkes sejenis, melainkan doa, kerja keras dan ikhtiar yang tak ada ujungnya.
Mereka juga terpaksa menolak mentah-mentah imbauan Presiden RI, untuk menerapkan social distancing, atau Work From Home (WFH). Sebab jalan keluar satu-satunya untuk bertahan hidup adalah keluar rumah dan bekerja.
“Kami ingin menyampaikan, meskipun tengah prihatin dengan covid 19, kami minta masyarakat tetap tenang, pemerintah sekarang mengantisipasi stok untuk 6 bulan ke depan, kita minta jangan ada yang mengambil keuntungan sesaat, Bulog siap sewaktu-waktu melakukan operasi pasar, jika ternyata di pasar ada pedagang yang memainkan harga, tugas pak Kapolres, kita ingatkan masyarakat jangan memanfaatkan situasi yang memprihatinkan, kita jangan menambah beban psikologis masyarakat,” katanya.
Gubernur Sultra, saat sidak pasar beberapa waktu lalu, juga tegas mengimbau kepada seluruh masyarakat untuk menghindari perilaku panic buying yang berujung kelangkaan, baik itu bahan pokok ataupun fasilitas sanitasi seperti disinfektan, antiseptik, hingga Alat Pelindung Diri berupa masker dan sejenisnya.
“Kalau ada yang menimbun kita jemur, trus kita kasi semut,” ujarnya.
Pemerintah RI sebelumnya juga diketahui telah menerbitkan Pasal 107 UU No.7 Tahun 2014 tentang Perdagangan. Dalam pasal tersebut disebutkan “Pelaku usaha yang menyimpan Barang kebutuhan pokok dan/atau Barang penting dalam jumlah dan waktu tertentu pada saat terjadi kelangkaan Barang, gejolak harga, dan/atau hambatan lalulintas Perdagangan Barang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 ayat (1), dipidana dengan pidana penjara paling lama lima (5) tahun dan/atau pidana denda paling banyak Rp 50.000.000.000,00 (lima puluh miliar rupiah).
Penulis: Ernilam
Discussion about this post