
Kendari, Infosultra.id–Penolakan terhadap keberadaan 15 Izin Usaha Pertambangan (IUP) di Konawe Kepulauan terus disuarakan oleh berbagai pihak, baik dari lembaga kemahasiswaan, hingga pemerhati lingkungan. Gelombang kritik mengalir lewat aksi demonstrasi yang digelar di kawasan Kantor Gubernur Sultra, Bumi Praja Kota Kendari, Provinsi Sultra, tanggal 8 dan 11 Maret lalu.
Kali ini, di tempat yang sama, aksi penolakan tersebut kembali disuarakan oleh ratusan mahasiswa yang tergabung dalam Front Rakyat Sultra Bela Wawonii (FRSBW).
Humas FRSBW, Raden Ical mengatakan, aksi hari ini merupakan aksi damai dari yang melibatkan warga pribumi Kabupaten Konawe Kepulauan (Konkep), paguyuban dan lembaga kemahasiswaan.
Aksi kali ini, menurut Ical merupakan bagian dari ketidakpuasan massa atas janji Ali Mazi yang menyatakan akan membekukan 15 IUP tersebut. Pihaknya, kata Ical, mutlak menuntut pencabutan secara permanen atas seluruh izin usaha pertambangan (IUP).
“Jadi bukan dibekukan sementara. Kami menuntut pencabutan 15 IUP secara permanen yang beroperasi di Pulau Wawonii Kabupaten Konkep. Kami juga meminta Gubernur dan Wakil Gubernur Sultra agar mengeluarkan surat keputusan pelarangan penerbitan IUP, dan menarik seluruh peralatan yang dimiliki PT Gema Kreasi Perdana serta menghentikan aktivitasnya,” kata Ical.
Mewakili massa aksi, Ical meminta kepada Gubernur Sultra Ali Mazi agar datang menemui pengunjuk rasa, jika tidak, mereka akan bertahan hingga dibubarkan oleh aparat kepolisian. Ical juga menegaskan bahwa aksi ini adalah aksi damai.
“Bukan massa aksi dari kami jika terjadi kericuhan, bisa disebut itu adalah penyusup dan provokator yang mencoba membuyarkan tujuan utama aksi kami. Tuntutan kami adalah hanya satu, 15 IUP yang ada di Wawonii dicabut selamanya, bukan sementara,” tegasnya.
Pantauan awak media infosultra.id, ribuan personil Polda Sultra telah di siagakan di lokasi aksi. Polisi juga telah membentangkan barikade pengamanan berupa pagar kawat sepanjang 100 meter di kawasan Mapolda Sultra Kantor Gubernur Sultra.
Penulis: Iam
Editor: Ernilam
Discussion about this post