
Kendari, Infosultra.id–Bupati Buton Utara (Butur), Abu Hasan, memaparkan alasan mengapa Butur layak menjadi pusat pengembangan pertanian organik di Sultra. Alasan itu disampaikannya dalam pelepasan 2097 mahasiswa UHO yang akan melaksanakan KKN di 3 Kabupaten di Sultra. Abu Hasan, dalam kegiatan itu juga mengungkapkan komitmennya mengembangkan pertanian organik Butur melalui penandatanganan Memorandum of Understanding (MoU) dengan civitas akademika dari berbagai perguruan tinggi di Sultra, sosialisasi dan edukasi pertanian organik di even nasional, serta promosi produk pertanian organik Butur di even lokal, nasional dan internasional.
“Saya berharap lulusan UHO ini semakin matang dalam menerapkan disiplin ilmunya dengan bekerja pada bidang usaha yang memberi nilai ekonomi. Salah satu yang paling potensial adalah bidang pertanian organik ini,” ujar Bupati Butur, Abu Hasan, saat membawakan materi pertanian organik Butur, di aula mokodompit UHO, Selasa (15/1/2019).
Abu Hasan kemudian mengungkapkan keyakinannya bahwa Butur akan menjadi pusat riset dan penelitian pertanian organik terbesar di Sultra.
“Dari kemitraan yang dibangun bersama beberapa pihak, termasuk perguruan tinggi di Sultra, Kementerian pertanian, Bulog RI dari sisi ekspor beras organik, hingga produk yang sudah berhasil di promosikan di even nasional, saya yakin 5 sampai 20 tahun kedepan, Butur diprediksi akan menjadi pusat riset dan penelitian pertanian organik terbesar di Sultra,” ungkapnya.
Gejala keberhasilan program pertanian organik ini, menurut Abu Hasan, mulai terlihat sejak digodok formulasinya pada tahun 2017. Saat itu, pemerintah Butur, dengan bantuan bibit dan pupuk yang terbatas, mulai membuka 400 hektar lahan pertanian. Kemudian pada tahun 2018, pihaknya kembali menambah 500 hektar lahan yang selanjutnya terus dikembangkan menjadi 1000 hektar di tahun 2019.
Pihaknya kemudian sukses mengembangkan sub sektor perikanan, perkebunan, dan peternakan yang terintegrasi dalam pertanian organik dengan menghasilkan produk pertanian organik dari berbagai komoditas yang ada didalamnya. Semua produk pertanian organik itu dihasilkan dengan memanfaatkan kotoran sapi sebagai pupuk organik yang diproses mandiri.
“Oleh menteri pertanian, awalnya pusat pertanian organik rencananya ditempatkan di Bali, tapi begitu di survei, kondisi geografis Butur dianggap lebih baik, potensi sumberdaya alamnya lebih bagus. Karena itu, besar harapan kami di tahun 2040, Butur dapat menjadi lumbung pangan terbesar di Sultra. Kita tentu jiga butuh dukungan masyarakat dan pihak-pihak terkait,” urainya.
Pemaparan materi pertanian organik ini sendiri, juga dirangkaian dengan pelepasan 750 mahasiswa KKN yang akan melaksanakan tugas penelitian di Buton Utara. Abu Hasan dalam kegiatan itu juga didampingi Wakil dekan 3 Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Lahatani, serta ketua pelaksana KKN, Sahabuddin, SH, MH.
Penulis: Yaya
Editor: Alifiandra
Discussion about this post